Objek Kajian ( Film Sang Pemimpi ) dan Analisis Semiotiknya

Pendahuluan 

Saya memilih objek seni dari film Sang Pemimpi yang merupakan sekuel dari film Laskar Pelangi, Yang di rilis pada tahun 2009, yang membahas perjuangan antara sahabat SMA di daerah belitung sumatera untuk meneruskan pendidikan tingginya di Kota Paris, Perancis, Yang melewati banyak rintangan pada saat menggapainya, Kenapa saya memilih objek ini ? kondisi di film itu sangat relate dengan diri saya, Karena saya juga ingin meneruskan pendidikan di luar negeri dan menambah international exposure bagi diri saya 


Isi 


Bentuk Formal : Film ( Visual )

Penanda : Seorang pemuda SMA dari bangka belitung yang ingin menjelajahi dunia

Pertanda : dari situ mereka belajar dengan giat, ditambah dengan bekerja sampingan di pelabuhan, mereka melakukan semua ini untuk bisa berkuliah di universitas negeri di depok dan juga bisa hidup di daerah sana, juga mencari beasiswa ke luar negeri untuk bisa mencapai impiannya.



Gambar Poster Film Sang Pemimpi



dalam kajian ini saya menggunakan 2 teori yaitu diantaranya adalah : 

Teori : 


  1. Filmic Communication 


2.1 Asymmetry Of Semiosis

teori yang di atas singkatnya adalah membahas tentang pesan yang di sampaikan oleh film itu seperti buku, tetapi tidak seperti bahasa lisan, film menyampaikan pesan yang tidak dapat langsung di tanggapi oleh penonton dengan kode yang sama, film merupakan komunikasi sepihak, Pesan umpan balik dari reaksi penonton dan ulasan kritis hanya mencapai produser film dengan penundaan yang cukup lama. Menurut saya jika di kaitkan dengan objek yang saya kaji adalah bahwa film sang pemimpi ini di adaptasi dari buku novel dengan judul yang sama sehingga, bahasa yang di sampaikannya itu seperti di buku, dan pasti setiap orang yang melihat film itu mempunyai interpretasi masing masing, dan beberapa waktu kedepan barulah si penonton bisa menyimpulkan 1 pesan yang sama dari film tersebut yaitu perjuangan dan keseriusan mereka dalam menggapai mimpi, umpan balik dari penonton juga produser film akan ada penundaan yang lama karena melihat dulu reaksi dari banyak penonton yang lain


2.2 Medium and Message 

di teori ini di beritahu bahwa film tidak dapat diubah selama pertunjukan dan dapat diulang tanpa henti, ini adalah karateristik lain yang membuat film lebih mirip dengan buku. baik film maupun buku, lebih umum menulis adalah teknik perekaman semiotik.  realitas film itu lebih kuat daripada di teater atau fotografi dan merupakan sumber dari empati dan partisipasi psikis tingkat tinggi di pihak penonton, di kaitkan dengan kajian sang pemimpi, film sang pemimpi bisa di putar berulang kali di platform streaming ketimbang dengan pertunjukkan teater dan ini sama karakteristik dengan buku bisa di ulang ulang membacanya, menulis bisa dibilang adalah perekaman semiotik di karenakan ada penanda, dan pertanda yang di alami oleh penulis tersebut yang di tuangkan ke dalam media film sehingga realitas nya bisa lebih di rasakan oleh para audiens, dari situ audiens akan lebih berempati kepada apa yang di tontonnya 


Kesimpulan 

Kesimpulannya adalah sang pemimpi ini itu penyampaian dalam film mirip dengan apa yang kita baca di buku novelnya, pada saat melihat filmnya kita bisa merasakan rekaman semiotik ( perjuangan ) dari apa yang di alami penulis di film tersebut sehingga para penonton bisa berempati dan realitasnya di rasakan oleh audiens. Karena film merupakan komunikasi sepihak, sehingga pesan yang sama akan sampai ke penonton dalam beberapa waktu 




Apabila ada kesalahan, mohon di perbaiki, terima kasih 

Mudzakir Abdul Hafizh - NPM 202046500115 - S4A - DKV Unindra 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Jurnal Seni Rupa & Desain

Kajian Literatur ( Social Media Branding )